Minggu, 02 Oktober 2011

Pemulung Tua

Teringat cerita seorang Paman, sebut saja Om Agus.

Suatu sore beliau membantu tetangga pindah rumah
ke lokasi yang tidak begitu jauh, tapi juga tidak dekat.
Selepas memarkirkan mobilnya di tepi jalan,
beliau baru sadar bahwa dompetnya tertinggal.

Segera beliau memeriksa kantung jaketnya,
berharap menemukan beberapa jumlah uang
untuk membeli bensin sepulang dari sana menuju rumah.
Namun yang beliau temukan hanya selembar uang seribu rupiah.

Perutnya pun bernyanyi, isyarat minta diisi.
Baru sadar bahwa tadi siang belum sempat mengisi perutnya.

"Beli bensin? gimana nanti aja lah...
insyaAllah, mudah-mudahan cukup sampai rumah" gumannya.

Beliau pun sebrangi jalan membeli beberapa gorengan.
Saat itu dengan uang seribunya, beliau mendapat tiga buah gorengan.

Gorengan pertama dengan cepatnya masuk ke dalam mulutnya.
Potong demi potong gorengan dengan lahap dikunyahnya.
Hingga terbayang jika gorengan berikutnya akan menambah kenikmatannya.
Maklum...perut sudah tak bisa di ajak kompromi.

Di tengah kesibukannya itu,
berlalu seorang pemulung tua di hadapannya.
Tubuhnya kurus, sedikit condong kedepan.
Dilengkapi beban yang banyak di punggungnya.
Dengan parau suaranya ia menyapa

"Permisi, dek...!" diiring senyum tulus sambil melewati Om Agus.
"Silakan Pak...silakan!" sahut Om Agus tergesa.

"Subhanallah, sopan sekali Bapak itu" termenung.

Sementara dalam pikirannya terdengar suara asing,

"Kasihan pemulung tua itu, mungkin sejak pagi belum makan.
Sampai-sampai suaranya separau itu."




Entah kekuatan darimana, beliau bergegas bangkit dari duduknya.
Berlari kecil mengejar pemulung tua itu.

"Pak, Pak..tunggu sebentar Pak...!" panggilnya.
"Ini ada sedikit rejeki buat Bapak, tapi maaf cuma itu aja, Pak.."

Riang wajah pemulung tua itu tak dapat disembunyikan.
"Terimakasih dek, terimakasih...
mudah-mudahan Allah mengganti dengan yang lebih baik"

jawabnya dengan seulas senyuman dan tatapan haru yang terpancar dari wajahnya.
Kini dua gorengan yang sudah terbayang kenikmatannya itu
telah berpindah ke tangan sang pemulung tua.

Selepas kepergian pemulung tua itu beliau berkata-kata,
"Nikmat Ya Allah...nikmaat!!!
Dua gorengan itu lebih terasa nikmat dari pada yang kumakan tadi."

Saat Om Agus berbagi cerita ini,
nampak bulir bening menggenang di matanya.
Dan ia berpesan,

"Ingat...rejeki yang sesungguhnya bukan rejeki yang kamu makan,
tapi rejeki kamu yang dimakan orang lain.
Allah cuma nitip rejeki lewat kamu, bukan buat dimakan sendiri.
Di sana ada hak orang lain, kasihin aja...
insyaAllah, Allah yang ganti..."

Pelajaran yang sangat berharga buat saya.
Terima kasih Om, semoga Allah memberkahi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar